[Busaku] Review Puisi Mabok dan Yaudahlah

 
Assalamu'alaikum minna-san, konnichiwa ehe~ Balik lagi dengan Busaku a.k.a Bukan Ulasan Buku (sangat bertentangan ya dengan judul catatannya wkwk). Aku cuman pengen mengingatkan kalau semua yang ditulis di sini merupakan opini pribadi, jadi tidak bisa dijadikan patokan apakah sebuah buku bagus atau tidaknya, ini hanyalah masalah selera masing-masing ya keun? Ya udah langsung aja gas keun.

Judul: Puisi Mabok dan Yaudahlah
Penulis: Charles Bukowski
Penerjemah: Hamzah Muhammad
Penerbit: -
Tebal: 26 Halaman
Tahun Terbit: 2020


OK. Sebelum masuk ke inti ulasan ini, aku pengen curhat sedikit mengenai kesulitanku untuk menuliskan ulasan ini hahaha. Kesulitan terbesarnya adalah apakah aku harus menggunakan bahasa yang frontal atau tidak hahaha.

Pertama kali aku mengenal sosok Charles Bukowski sekitar setengah tahun lalu, saat aku lagi gabut searching-searching mengenai dunia sastra di Google. Tanpa sengaja aku menemukan artikel berbahasa Indonesia yang membahas beliau dengan salah satu genre unik di dunia puisi yaitu dirty realism atau realisme lusuh atau secara harfiah realisme kotor. Saat membaca artikel tersebut aku langsung tertarik untuk membaca puisi-puisinya dalam bahasa Inggris (apalagi waktu kasus seorang penyanyi sebut saja Pamu— dituding memplagiat salah satu puisi Charles Bukowski yang berjudul The Bluebird). Reaksi kali pertama aku membaca puisi beliau, “What the h**l, ini beneran puisi? vulgar amat, kasar amat,” Wkwkwkwk lucu sih kalau mengingatnya. Ada perasaan menyesal sudah membaca karyanya yang kebanyakan berisi dengan sumpah serapah dan kata-kata vulgar.

Setengah tahun berlalu. Entah memang sudah jodoh atau bagaimana, tanpa sengaja kembali aku menemukan buku elektronik yang menerjamahkan sedikit dari puisi beliau. Aku kembali memutuskan untuk melahapnya karena rasa penasaran. Dan kalian tahu apa reaksiku kali ini? “Gila, ajib bet. Gweh rilet banget sih ini wkwk, Charles Bukowski jenius banget.” Wkwkwkwkwkwk, aku merasa bahwa pengalaman hidup sangat berpengaruh untuk diriku untuk bisa memaknai puisi-puisi ‘gila’ Bukowski. Bukan tanpa alasan aku langsung berpikir Bukowski adalah seorang jenius, tapi ketika kalian membaca puisi-puisinya, kalian akan tersedot perlahan ke dalam sebuah realita nyata kehidupan. Seakan Bukowski berkata seperti ini, “nih, ada loh manusia hidup kayak gini! pemabuk, suka ‘main cewek’, gak bayar hutang, bertengkar sama istri, kesulitan ekonomi, gak punya rumah dan lain sebagainya.” Puisi yang paling aku suka, relate dan ngena untuk diriku di buku ini adalah puisi yang berjudul “Puisi Mabok dan Yaudahlah”. Sehabis membaca puisi ini, batinku sontak berteriak, “anj— relate banget bang— hahahahaha, orang kayak gini mah banyak dikehidupan gw anj— hahahahahaha.” Puisi lainnya yang aku suka juga adalah “Kenapa Lu Bisa Kehabisan Inspirasi?”, “Gue Suka Melamun” dan “Enam Cowok Lagi Ngopi”.



Yang membuat buku puisi singkat ini layak dibaca adalah penerjemahannya yang sangat bagus, penggunaan bahasa gaul/slang dalam penerjemahan puisi-puisi Bukowski menurutku merupakan sebuah tindakan yang sangat patut diapresiasi, dengan penggunaan bahasa gaul dalam penerjemahannya membuatku tidak menghilangkan feel dan ciri khas dari Bukowski yang menuliskan puisi secara jujur apa adanya, tanpa memperindah kata ataupun diksi sedikitpun (genre realisme lusuh yang dipeloporinya ini memang terkenal dengan gaya bahasa yang lugas, cenderung menghindari metafora dan kata keterangan serta diisi dengan monolog internal). Mungkin hal ini pula yang membuat diriku menyukai puisi-puisinya sekarang, karena aku yang sekarang sangat menyukai puisi dengan diksi yang jujur dan sederhana, tidak bertele-tele, mendayu-dayu dan terlana dalam kata-kata estetik atau arkais. Namun, pesannya tersampaikan (tak mengapa jika masing-masing orang memaknainya berbeda, karena itu memang titik keindahan puisi).

9/10 penilaian dariku, sekali lagi ini merupakan nilai dan opini pribadi, jadi tidak bisa menjadi patokan bagus tidaknya suatu buku karena aku bukan kritikus handal dan setiap orang punya seleranya masing-masing. Aku tidak menyarankan membaca buku ini, apalagi sampai berkecimpung dalam genre yang dipeloporinya. Karena di makam Bukowski tertulis, “don't try” yang secara harfiah diterjemahkan “jangan mencoba”. Namun, jika kalian sangat ingin membacanya aku bakal menautkan link-nya di sini. Sekian terima kasih, mohon maaf jika ada salah kata, wassalamu'alaikum minna-san dan salam literasi~















Comments

  1. Wah sangat kreatif sekali kak,

    ReplyDelete
  2. Waah kreatif. thanks yaa kak sudah sharing puisi ini

    ReplyDelete
  3. Penasaran dengan contoh puisi Charles Bukowski ini dan akhirnya auto browsing barusan. Memang bahasanya gamblang dan jelas banget ya Mbak. Tapi sepertinya mungkin akan lebih mengena ke banyak orang, karena tanpa metafora ataupun istilah-istilah sulit..

    ReplyDelete
    Replies
    1. yap tanpa metafora, tapi nggak bisa diterima semua kalangan juga, terutama anak-anak haha.

      Delete
  4. Kakaknya baca puisi Mabok itu setelah lihat utas via Twitter juga kah? Kacau parah sih memang bahasanya tapi menarik untuk jadi bahan inspirasi tanpa basa basi. hihihi*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, aku dapat bukunya di salah satu utas Twitter wkwk.

      Delete
  5. Jadi penasaran wkwk. Aku terakhir baca buku yang isinya sumpah serapah dan banyak konteks kotornya tuh tahun lalu. Novel sih. Napas Mayat. Hadoooh itu bikin nafsu makan berkurang drastis haha..

    Penasaran, jadi pengen baca. Udah lama gak baca puisi juga hehe. Makasih rekomendasinya syahid-kun...

    ReplyDelete
  6. Jadi penasaran banget ni. Thanks ya kak sudah lama nggak baca puisi

    ReplyDelete
  7. dari ulsanya kayaknya keren juga ini puisi, apalagi klo penerjemahnya mampu menafsurkan ke bahasa yang cukup familier buat pembaca

    ReplyDelete
  8. Menarik juga ini, jadi penasaran banget, sudah lama banget sih nggak baca puisi

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen aja, saya gak gigit kok :3

Yang Lagi Rame