[Busaku] Review Perahu Kertas

Judul: Perahu Kertas
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerjemah: -
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 85 Halaman
Tahun Terbit: 1983 (Yang aku baca terbitan tahun 2018)

Assalamu'alaikum minna-san~ Konijiwa! akhirnya balik lagi nulis review buku setelah setengah bulan menghilang. Sebenarnya bukan semangat membacaku yang tiba-tiba menghilang, tetapi aku kemarin tuh lagi baca novel "Botchan" dan aku punya kebiasaan lambat melahap sebuah novel (karena itu sampai sekarang kebanyakan buku yang ku-review adalah buku puisi wkwkwk). Nah, kebetulan kemarin aku lupa memperpanjang peminjamannya di ipusnas, padahal tinggal 70 halaman lagi, jadi daripada kegiatan review-ku makin gak jalan, akhirnya aku mutusin buat ngelahap buku sang maestro puisi Indonesia, Sapardi Djoko Damono dengan bukunya berjudul Perahu Kertas. Disclaimer, daripada disebut review, tulisan ini 90% isinya menceritakan pengalamanku saat membaca buku Perahu Kertas, jadi jangan berharap dan berekspektasi tinggi, lagipula aku juga masih amatiran wkwk.

Nah, sebelum aku membaca buku ini, aku sangat berekspektasi setelah membaca puisi-puisi di dalamnya aku bakal mendapatkan banyak pelajaran dari berbagai tema yang ada atau nggak bakal dapat inspirasi untuk menulis puisi lagi (yah akhir-akhir ini mandek lagi huhu). Tetapi, kenyataannya aku malah dibingungkan oleh diksi tingkat tinggi yang ada wkwk. Hampir 80% puisi yang ada di buku ini membuatku kesulitan untuk menemukan makna dari puisinya, bahkan untuk memaknai dengan pemikiran sendiri susah banget. Bahkan aku sampai nanya artinya ke orang yang punya ilmu di bidang sastra, jawabannya pun gak bikin aku puas, "puisi SDD emang sulit dimengerti."

Plz lah buat yang bikin aplikasi iPusnas versi Windows, masa harus dikeluarin lewat Task Manager mulu, diperbaiki dan diupdate dong :)

Karena nggak paham-paham akhirnya aku coba bertanya ke mbah Google dan tanpa sengaja aku menemukan satu artikel yang menambah pandangan terhadap sebuah puisi. “Puisi itu tidak untuk dipahami. Puisi itu untuk dihayati. Jadi kalau Anda baca puisi lalu merasa senang, ya, sudah. Jangan tanya ini artinya apa. Arti puisi menurut  tiap kepala kan lain-lain,” kata SDD dalam artikel tersebut. Setelah membaca pernyataan tersebut, aku pun akhirnya bisa lebih luwes dan lebih menikmati setiap kata yang dituliskan dengan indah dalam buku tersebut tanpa harus pusang-pusing mencoba memaknai setiap kata, sajak dan puisi yang ada. Hingga aku sampai dalam satu kesimpulan setelah selesai membacanya, puisinya keren-keren banget T.T, menyesal daku gak baca puisi-puisi beliau dari dulu. Diksinya indah, kata-katanya benar-benar dipilih dengan baik, cara penulisannya pun unik dan khas banget, ada beberapa puisi yang ngena dan aku suka banget, seperti puisi "Yang Fana adalah Waktu", "Di Sebuah Halte Bis", "Tuan", "Peristiwa Pagi Tadi", "Kisah", "Sihir Hujan" dan sudah jelas puisi yang menjadi judul buku ini, "Perahu Kertas."

Mungkin aku bakal baca buku-buku beliau yang lain sembari menunggu novel "Botchan" bisa dipinjam lagi (stok di iPusnas habis terus). Mungkin itu aja dari aku, gak panjang-panjang banget ya kan kayak yang kemarin wkwk, aku mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan, terima kasih atas kunjungannya, akhirul kata wassalamu'alaikum dan salam literasi ehe~



Comments

  1. Membaca puisi dengan bahasa sastra yang tinggi kadang bikin bingung memahami nya gimana harus baca berulang kali baru bisa paham

    ReplyDelete
  2. Owh kirain di review beneran😀 nyatanya nggak jadi ya hehe. Mending baca lewat buku fisik, kalau online di gramedia online aya hihi

    ReplyDelete
  3. Wah sangat kreatif sekali kak, ingat pas jaman dulu buat mainan bikin perahu dari kertas.

    ReplyDelete
  4. Hmm, menarik nih kayaknya buku Botchan sampai-sampai stok habis terus di ipusnas, bisa kalik dispill sedikit isi ceritanya.

    ReplyDelete
  5. Belajar tentang sastra pastinya memiliki kesenangan tersendiri. Orang dengan hati yang tajam pasti mampu mengambil pembelajaran dari sebuah karya.

    ReplyDelete
  6. Setuju sih kalau sebenarnya puisi itu untuk dihayati. karena kalau udah bahasanya berat, kadang kalau mau cari tau malah bikin kesel karena gatau maksudnya haha thanks ka sudah sharing

    ReplyDelete
  7. Kalau kata alm. Sapardi Djoko Damono, makna puisi itu tergantung intepretasi pembaca.

    ReplyDelete
  8. Untung udah dikasih disclaimer kalau tulisan ini bakal lebih ke pengalaman membaca ketimbang review jadi ngga ketinggian ekspetasinya hehe ..tapi tetap keren kok ulasannya. Bahasa sastra emang kadang sulit dimengerti bahkan ada kata-kata yang digunakan penulis untuk menyimbolkan sesuatu dan hanya si penulis yang tahu maksudnya jadi sebagai prmbaca kita hanya bisa menerka jalan pikir si penulis

    ReplyDelete
  9. Aku juga senang sekali membaca buku puisi.
    Tapi seringkali bingung dengan arti atau maknanya. Ternyata tidak perlu terlalu ribet ya.. Baca dan pahami sepanjang yang kita pahami. Nanti semakin sering membaca, tentu akan lebih memperdalam makna buku puisi.

    ReplyDelete
  10. Kalo ingat puisi aku jadi inget dulu pas SD ada tugas suruh bikin puisi, ya jaman dulu anak SD ga ada gadget.
    Nulisnya pake pensil, udah mikir bayangin habis itu tulis dilihat dilihat kayaknya salah hapus lagi, dan berulang sampai tau2 guru dateng. Tugasnya kumpulin ya, panik ga tuh. hahaha

    ReplyDelete
  11. bahasa puisi itu memang indah, jadi ga perlu pusing sama artinya hehehe, dinikmati aja, betul kata om Sapardi nih

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen aja, saya gak gigit kok :3

Yang Lagi Rame