[Busaku] Review Karavansara Karya Rio Johan
![]() |
“Duhai Perangkap Kebijaksanaanku, sudah habis aroma susu pada kuncup bibirnya, dan sekarang hanya engkaulah Bahadurku, yang mampu membuat malu bulan dan bintang di langit sana.” — hlm. 24
Assalamu'alaikum minna-san, konnichiwa~ Seperti biasa, sepertinya memang sudah menjadi takdir blog ini untuk jarang update, kembali lagi ke pattern satu minggu sekali hahaha. Yah, daripada kosong banget, kayaknya nggak ada salahnya untuk memasukkan tulisan-tulisan reviuku di Goodreads ke dalam blog ini, yah sebenarnya ini juga sebagai pemanasan untukku sebelum mencoba kembali menulis cerita lagi (semoga tidak jadi wacana forever sahaja hahaha).
Buku yang kali ini ingin aku bahas adalah salah satu buku yang sudah sedari lama ingin aku beli dan baca, tetapi selalu saja teralihkan oleh buku-buku puisi yang bejejer di rak buku Gramedia. Alasannya buku karena buku ini tidak sesuai dengan harapanku atau apa, tetapi karena memang aku suka lebih nyaman buku puisi dalam setahun terakhir. Kalau kalian mengecek akun Goodreads-ku, isi reading list-ku kebanyakan didominasi oleh buku puisi.
![]() |
Source: Dokumentasi Pribadi |
Judul: Karavansara
Penulis: Rio Johan
Penerjemah: -
Ilustrator: Iqbal Asaputro
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 46 Halaman
Tahun Terbit: April 2022 (Cetakan Pertama)
ISBN: 978-602-06-6069-1
ISBN DIGITAL: 978-602-06-6070-7
Jujur saja, buku ini membuatku tak bisa berkata-kata, aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan sebuah pengalaman baru, sebuah reading experience yang unik dari sebuah buku yang pada awalnya kukira hanyalah sebuah buku yang mengambil referensi kisah 1001 malam. Ternyata, oh ternyata, Rio Johan sukses membuatku bersimpuh manut dengan buku ini. Buku ini seakan memunculkan suatu perasaan aneh dan membuncah yang memaksaku untuk terus melanjutkan setiap halamannya dan menuntutku mengkhatamkan hingga lembar terakhir.
Rio Johan benar-benar lihai, piawai dalam menarikan setiap kata-kata di setiap kalimat dan paragrafnya, sehingga walaupun tema/topik/kisah yang dihaturkan sarat dengan 'kenakalan' yang tabu, bisa terasa santun masuk ke mata dan pikiran pembacanya. Aku tidak menyangka akan menulis ini hahaha, tapi faktanya berkata demikian. Buku ini benar-benar bisa memperluas pembendaharaan kata, diksi dan gaya dalam menulisku hanya dengan lima puluh halaman yang epik yang tuntas--walaupun kisahnya diakhiri menggantung, tapi tetap saja aku merasa terpuaskan dengan akhirnya, rasanya kayak sehabis BAB, plong ðŸ˜
![]() |
Ngomong-ngomong, makasih banyak kak Rio Johan sudah like tulisan (reviu) aku yang kentang ini 😠|
Membaca buku ini juga membuatku merasa seperti kembali ke masa di mana aku sering membaca penggalan kisah dari hikayat 1001 malam atau kisah suatu tokoh di masa lampau entah internet atau buletin mesjid kala sholat Jumat. Rasanya nostalgia saja karena aku sudah lama tidak membaca kisah-kisah seperti itu.
Penceritaan yang rapi kemudian dipadukan perkembangan karakter yang asam, manis dan pahit benar-benar membuatku merasa buku ini terlalu tipis untuk hanya sekadar dijadikan sebuah buku dalam lima puluh halama—tapi kadang memang sebuah kisah memang harus langsung to the point dan tamat daripada akhirnya malah ngalur ngidul dan merusak keindahannya.
Dan pada akhirnya, layaknya sebuah fatamorgana atau mungkin sebuah karavansara, kita tidak bisa melihat dan menilai sesuatu hanya dari sampul—penampilan dan sifat luarnya—manusia itu absurd. Begitu banyak variabel yang harus diamati, dipertimbangkan dan direnungkan sebelum memberi cap kepada orang yang coba kita nilai. Buku ini mengingatkanku dengan satu quote dari Jalaludin Rumi yaitu;
“Jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.” — Jalaludin Rumi
Buku ini juga menyadarkanku bahwa terkadang orang-orang kurang beruntung tidak punya alat tawar (senjata) yang bisa digunakan jika dihadapkan orang yang lebih besar (berkuasa). Sedih, tapi mau bagaimapun inilah realita yang sudah berjalan ribuan atau jutaan tahun lamanya (mungkin). Akhirul kata, aku mohon maaf jika ada salah kata, yah aku jelas tidak luput dari khilaf dan salah. Jikalau kalian punya pendapat atau reading experience lain yang mungkin bertentangan dengan yang kusampaikan atau gak kusampaikan, gas gas gas! Jangan ragu buat sampaikan di kolom komen, see yaa all, wassalamu'alaikum minna-san~
![]() |
sampai jumpa di lain kesempatan ^^ |
Comments
Post a Comment
Komen aja, saya gak gigit kok :3