Manga Time—Usuzumi no Hate: Tinta dan Pasca-Apokaliptik
![]() |
Assalamu'alaikum minna-san~ konnichiwa. Kembali lagi dengan blog yang jarang update dan rajin update kalau ownernya lagi mood aja haha. Gimana nih kabarnya? Semoga baik selalu ya di kondisi negara yang sedang sakit-sakitnya. Stay safe all dan mari gas, kita mulai sesi bahas manga yang sudah lama pengen banget aku tulis di blog ini (┬┬﹏┬┬)
Tinta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang cair yang berwarna (hitam, merah, dan sebagainya) untuk menulis. Selain untuk menulis, tinta juga digunakan untuk menggambar, melukis atau fotografi. Bermula dari sari tanaman atau darah hewan hingga sekarang menggunakan tinta digital yang beredar, dimulai dari melukis di sebuah batu hingga di atas kertas. Bisa dibilang tinta merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat manusia.
Ngomong-ngomong bagi kalian yang belakangan ini tengah mencari-cari lowongan pekerjaan di luar negeri, terlebih khusus lowongan kerja di Australia. Kalian dapat berkunjung ke salah satu situs web yang menyediakan infomasi kerja di Australia yaitu Jobs-Au. Di sini kalian dapat mengetahui full panduan lengkap, syarat, cara mendapatkan visa dan lowongan kerja apa saja yang tersedia di negeri kangguru tersebut. Bagi kalian yang sedari dahulu sudah mengincar dan memimpikan bekerja di luar negeri, gas! Tunggu apa lagi, langsung saja cek Jobs-Au 😎
Balik ke pembahasan, belakangan ini aku tengah mengagumi sebuah manga berjudul Usuzumi no Hate (The Color of the End: Mission in the Apocalypse) karya Iwamuni Haruo. Manga ini mengisahkan tentang dunia pasca-apokaliptik di mana Ushimitsu Saya, seorang penyelidik khusus sementara dari Institut Penelitian Teknis Ushitmitsu yang ditugaskan untuk menemukan dan melindungi para penyintas, menyelidiki parasit penyebab kristalosis, mendisinfeksi serta menetralisasi area yang terdampak parasit kristalosis—suatu wabah parasit yang menyebabkan manusia mengalami pengkristalan—agar dapat kembali dihuni oleh manusia dan melakukan ritual pemakaman bagi manusia yang sudah meninggal.
Keadaan juga diperparah dengan adanya alien yang terus memburu manusia dan menyebarkan virus ke berbagai tempat. Virus ini juga yang menyebabkan manusia dapat terinfeksi parasit kristalosis jika mereka tidak menggunakan masker gas. Manusia sebenarnya bukan tanpa upaya, mereka berjuang dengan berbagai cara mulai melakukan perang besar melawan alien tersebut, percobaan untuk menemukan penawar virus hingga melakukan eksperimen yang disebut ‘anak abadi’, sebuah spesimen manusia yang dapat bertahan hidup dari keadaan lingkungan yang tercemar kristalosis dan kemampuan regenerasi. Percobaan inilah yang membentuk Ushimitsu Saya, satu-satunya spesimen ‘anak abadi’ yang berhasil sekaligus tokoh utama dalam cerita ini.
![]() |
Usuzumi no Hate by Iwamune Haruo |
![]() |
Usuzumi no Hate by Iwamune Haruo |
Sekali lagi, aku menemukan sebuah bacaan menarik bertemakan pasca-apokaliptik. Kalau kebanyakan cerita bertemakan pasca-apokaliptik membawakan suasana yang mengerikan dan mencekam. Usuzumi no Hate berbeda, manga ini menawarkan nuansa yang sunyi, sepi dan hening. Keadaan dunia yang runtuh setelah invasi seratus tahun lamanya menurutku sukses dituturkan dan digambarkan dengan baik secara dialog maupun visual. Art style manga ini benar-benar menggugah mata, setiap goresan tinta yang tertuang di dalamnya terasa halus sampai menyentuh relung terdalam hati. Rasa tenang, sedih, sepi dan perih seakan berpadu menjadi satu, ditambah dengan narasi dan kisah setiap karakternya yang terus digali lebih dalam dan terasa tidak cuman sekadar pengisi (NPC) di manganya.
Aku nggak akan terlalu jauh menceritakan manga ini, karena aku yakin di antara kalian pasti ada yang tidak menyukai spoiler. Jadi seperti sebelumnya, aku akan lebih fokus membeberkan apa yang menjadi renungan dan overthinking-ku ketika membacanya.
![]() |
Usuzumi no Hate by Iwamune Haruo |
Kala aku membaca manga ini, entah mengapa aku merasa bisa sangat related dengan perasaan yang dialami sang tokoh utama. Saya yang mempertanyakan makna eksistensi dirinya di dunia ini, di dunia yang sudah hancur dan terus-menerus menjalani hari dan tugas yang sama mungkin menjadi alasan mengapa aku merasa sehati dengannya. Krisis identitas, jati diri atau eksistensi ini pun kurasa juga dialami kebanyakan orang, perasaan ketika kita melakukan sesuatu, entah itu tugas, hobi atau pekerjaan, yang terus-menerus kita kerjakan, berulang-ulang, tak peduli itu merupakan suruhan atau atas kehendak diri sendiri hingga terasa monoton. Namun, kita merasa tidak pernah menemui hasil yang diinginkan, tiada menemukan titik ujung dari apa yang telah kita konsisten perbuat, sampai-sampai kita berpikiran apakah yang kita lakukan selama ini sebenarnya merupakan hal yang sia-sia dan buang-buang waktu saja. Di sisi lain sang waktu dan duni terus berjalan tanpa mempedulikan kita. Hal ini membuatku teringat dengan satu quote dari seorang filsuf yang kurasa kalian sudah tidak asing dengan nama ini.
Life has no meaning a priori… It is up to you to give it a meaning, and value is nothing but the meaning that you choose. — Jean-Paul Sartre
Manga ini semakin menarik bagiku karena ceritanya yang mencoba untuk ‘menyenggol’ sedikit keyakinan nihilisme eksistensial, yaitu sebuah teori filsafat yang menganggap kehidupan itu tidak ada maknanya. Author dari Usuzumi no Hate mencoba untuk menuturkan bahwa walaupun manusia telah punah atau menghilang, tetapi selama segala hal peninggalannya seperti tulisan, karya seni, film atau penemuan-penemuan lainnya masih ada dan selagi kita (penyintas) masih mengingatnya, maka mereka akan terus hidup dan ada.
Bagi kalian yang sering overthinking dengan banyak hal di kehidupan kalian, aku sangat merekomendasikan kalian membaca Usuzumi no Hate. Walaupun statusnya masih on going, tapi aku rasa manga ini dapat memberikan insight dan membuka pandangan baru untuk kalian. Aku juga memohon maaf kalau tulisan ini terasa dangkal, aku merasa tulisanku kali ini belum maksimal mengeluarkan unek-unekku terhadap manga ini. Semoga aku bisa memperbaiki dan menambahkan poin-poin baru di lain kesempatan dan di lain tulisan. Sebagai penutup, ketika aku tenggelam dalam cerita manga ini, aku jadi teringat satu quote dari anime One Piece yang menurutku memiliki kesinambungan dengan cerita Usuzumi no Hate, berikut quote-nya
“When do you think people die? When they are shot through the heart by the bullet of a pistol? No. When they are ravaged by an incurable disease? No. When they drink a soup made from a poisonous mushroom!? No! It’s when… they are forgotten.” — Dr. Hiluluk
![]() |
Seluruh terjemahan pada panel manga ini diterjemahkan oleh Nextyle Scan |
Comments
Post a Comment
Komen aja, saya gak gigit kok :3