[Busaku] Review Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau


Assalamu'alaikum minna-san~ pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat tahun baru 2023, semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi di tahun ini ^^. Kali ini aku pengen memperkenalkan rubrik baru dari blog ini yaitu Busaku yang merupakan singkatan Bukan Ulasan Buku. Alasan mengapa aku bilang ini bukan ulasan buku karena hampir semua yang kutulis di sini berdasarkan dari penilaian subyektifku, jadi jika ada salah kata atau kurang berkenan mohon dimaafkan 😢.

Judul: Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerjemah: -
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 98 Halaman
Tahun Terbit: 2020

Manis, asam, asin dan pahit. 4 kata itu kurasa yang sangat pas untuk menggambarkan isi buku ini. Waktu kali pertama membaca buku ini, aku dibingungkan dengan diksi dan gaya kepenulisannya yang menurutku sangat unik dan merupakan hal baru selama aku membaca buku puisi pada umumnya. Tetapi, di sisi lain aku merasa antusias layaknya diriku saat pertama kali membaca puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado atau puisi-puisi indah karya SDD. Lambat laun, yang awalnya dipenuhi rasa kebingungan, perasaanku berubah menjadi rasa ingin lebih membaca buku ini, terlebih ketika aku membaca puisi berjudul "Pertanyaan-Pertanyaan", sungguh puisi yang membangkit jiwa overthinking sekalih ya adik-adik wkwkwkwkwk.


Bersantai di beranda rumah :3


Dalam buku ini penulis membagi puisi-puisinya dalam lima bagian, yang mana menurutku bagian pertama dan kedua merupakan bagian terbaik dan sangat romantis, di bagian ini penulis mengeluarkan keresahannya sebagai seorang manusia, anak, suami dan ayah. Manis, asam, asin dan pahit menjadi satu dalam dua bagian ini hingga memasuki bagian ketiga dan keempat yang lebih dominan dengan rasa asam dan pahit. Namun bukan berarti puisi di bagian ketiga dan keempat tidak manis ataupun asin, hanya saja puisi di bagian ini lebih seperti perpaduan dua rasa. Akan tetapi satu rasa lebih dominan. Jika diibaratkan kurang lebihnya mirip seperti kopi, puisinya memiliki rasa manis, tetapi tetap terbalut dengan rasa asam dan pahit. Salah satu contoh puisi yang terasa seperti ini berjudul "Makassar adalah Jawaban. Tetapi, apa pertanyaannya?" dan "Di  Simpang Empat Itu".

Penilaian subyektifku untuk buku ini adalah 9/10, buku puisi yang sangat bagus dibaca di kalian kalian senggang, sepi, tenang dan rindu. Fyi, buku ini merupakan pemenang nominasi buku puisi terbaik di Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2021. Sekali aku memohon maaf jika ada salah kata, akhirul kata wassalamu'alaikum minna-san~

Comments

  1. Aku kalau lagi galau, suka banget baca buku puisi yang maknanya dalam. Dengan menggali makna setiap penggalan kata, bisa membawa perenungan tersendiri. Menarik sekali buku Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau karena dari sudut pandang penulis laki-laki.

    ReplyDelete
  2. Dari judul bukunya udah bikin penasaran. Ditambah lagi penilaian dengan angka 9 nya. Kayanya seru ni kalo bisa baca langsung.

    ReplyDelete
  3. Syair atau puisi adalah keunikan manusia dan merupakan keahlian yang sudah ada sejak jaman para nabi.. tergantung isi dan tujuan bersyairnya, bisa jadi seni yang mulia, atau jadi penebar kesesatan..

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen aja, saya gak gigit kok :3

Yang Lagi Rame