[Busaku] Review Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

Judul: Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang
Penulis: Sapardi Djoko Damono & Rintik Sedu
Penerjemah: -
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 112 Halaman
Tahun Terbit: 17 Februari 2020
ISBN : 
9786020638331


Masih ingatkah
kau jalan pulang?

Tak ada jalan
dan tak ada pulang
kita di atap langit
nun di bawah rata belaka
suatu saat biru
di saat lain merah kesumba.

Jadi kau tidak ingat lagi
tak percaya lagi
akan jalan pulang?

Apakah pergi harus
juga pulang?
apakah pergi
harus juga berpikir
untuk pulang?
Apakah pulang hanya ada
kalau kita pergi?
Apakah pulang
dan pergi harus berpasangan? 

—hal. 55 

 

Assalamu'alaikum minna-san, konnichiwa! Wokeh, balik lagi ke blogger yang mager banget buat update blognya sendiri, gak terasa udah 2024, udah berapa bulan ini review gak selesais  njir wkwk. Baiklah, kali ini aku bakal nge-review buku yang menurutku recommended banget buat kalian baca, terutama bagi kalian yang suka banget sama puisi. Buku ini ditulis oleh dua orang penulis, yang satu sudah melalang buana di dunia sastra Indonesia dan aku yang kalian gak asing dengan nama beliau, yaitu Eyang Sapardi Djoko Damono. Dan yang satu lagi merupakan seorang penulis muda yang juga tidak kalah hebat dan kerennya bagiku, yaitu Rintik Sedu.

Tertarik dan penasaran menjadi first impressionku saat pertama kali melihat buku ini. Aku tertarik karena dengan buku ini karena aku adalah orang sangat menyukai puisi, entah puisi tradisional, klasik, mbeling ataupun kontemporer, juga kurasa kurang rasanya kalau seseorang yang suka membaca, menulis atau mencintai dan menikmati puisi (yang berasal dari Indonesia) tidak membaca puisi dari Eyang. Namun, yang paling mendorongku untuk membeli dan membaca buku ini karena ada nama seorang penulis yang masih sangat asing bagiku saat itu, Rintik Sendu itu namanya. "Siapa ini? Kok dia bisa kolaborasi dengan Eyang?", pikirku waktu itu wkwk. Sudah menjadi hal yang biasa bagiku sebelum membeli buku aku riset-riset terlebih dahulu entah dari artikel-artikel di internet atau website Goodreads, mulai dari review bukunya sampai informasi-informasi tentang penulisnya. Ketika aku sudah mendapatkan informasi siapa Rintik Sedu, aku cuman bisa tersenyum kalau semestaku ternyata layaknya katak dalam tempurung, masih sangat cetek dalam dunia literatur :'.

Kok gweh males update ya?

Akhirnya akupun memutuskan untuk membeli buku ini karena bener-bener tertarik dengan isinya dan bimsalabim, baru baca kata pengantarnya saja aku sudah dibikin terkagum-kagum. Biasanya aku sering melewatkan begitu saja untuk membaca bagian pengantar (karena kebanyakan juga cuman ucapan terima kasih dan terima kasih). Namun, kali ini, untuk buku ini, aku gak bisa melewatkannya, menurutku kata pengantar di buku ini pun bisa dibilang sebuah puisi yang sangat indah (mungkin opiniku ini terkesan lebay, tapi silahkan saja kalian baca sendiri bukunya wkwk, aku rasa kalian akan mengerti aku menglebay dengan buku ini dam bahkan langsung ngasih bintang lima di Goodreads wkwk).


Sudah berapa kali kubilang
jarak antara pergi dan pulang
sejengkal saja.
Hanya sejengkal
dan itu pun hanya ada
di otak kita
hanya ada
di ruh kita
yang lebih suka
tinggal di awang-awang.

Oke, tidak ada pergi
dan tidak ada pulang, katamu.
Tapi masih ingatkah kau langkah
pertama ketika berjanji
akan setia kepada pulang
dan tak hanya mati-matian
beriman pada pergi?
—hal. 59


Membaca buku puisi ini layaknya kita membaca dua orang saling berdialog dan saling mengenal satu sama lain. Di awal-awal aku masih belum terbiasa karenanya. Namun, lambat laun aku mulai nge-flow dan menikmati setiap diksi yang ada, nggak, sekali dua kali aku mengulang membaca halaman sebelumnya untuk bener-bener merasakan sensasi senyam-senyum sendiri waktu membacanya, aku rasa buku ini cocok banget buat kawula muda yang sedang kasmaran atau tengah di kondisi dilematis (biar makin dilema dan galau wkwk). Ini buku sesuatu bangetlah. Bisa dibilang ini adalah salah satu buku terbaik yang aku baca pada Tahun 2023 selain buku dari M. Aan Mansyur dan Osamu Dazai (nanti bakal kucoba review). 

Yah, aku rasa cuman ini yang bisa aku sampain buat kali ini, sebenernya banyak banget yang bisa diulas dari buku ini, tapi ini postingan aja udah nganggur dari akhir bulan November, jadi aku udah lupa beberapa poin yang pengen aku sampain terutama dari perasaanku saat membacanya. Dan beberapa waktu lalu aku juga ada contek-contek review dari Goodreads tentang buku ini, dan banyak banget yang merasa kurang puas dengan buku ini. Alasannya mulai dari puisinya yang katanya bukan Eyang banget, lalu ada juga yang bilang kalau Rintik Sedu yang nggak bisa mengimbangi level dari seorang SDD, sehingga Eyang harus menurunkan sedikit kemampuannya dan masih banyak lagi. Yah, aku gak bisa berkomentar sih soal itu setelah membacanya, karena masing-masing orang punya reading experience yang berbeda dan kemampuan untuk memaknai dan menilai yang puisi yang berbeda. 

Jadi kesimpulannya bagi kalian yang pengen baca buku ini sebaiknya turunkan ekspektasi kalian dan nikmatilah puisi-puisinya dengan santai sembari menikmati kopi atau durian di beranda rumah (pastikan kadar kolestrol atau tensi kalian aman). Mohon maaf jika ada salah kata, karena semua yang ditulis di sini hanyalah opini dan reading experience-ku jadi jelas ada salahnya hehe, kalau kalian ada opini lain tentang buku ini mari bertukar kisah di kolom komentar. See you next time dan doain gweh rajin update ini blog wkwkwk.


Baibai~

Comments

  1. Terkadang, perasaan saat membaca buku bisa terlupakan jika terlalu lama tidak menulis.

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen aja, saya gak gigit kok :3